Kotler dan Armstrong (2012) menyatakan
bahwa “Jasa adalah segala aktivitas dan berbagai kegiatan atau manfaat yang
ditawarkan untuk dijual oleh suatu pihak kepada pihak lain yang secara esensial
jasa ini tidak berwujud dan tidak menghasilkan perpindahan kepemilikan atas
apapun“.
Selanjutnya Zeithaml dan Bitner dalam
Lupiyoadi dan Hamdani (2011), menyatakan bahwa “Jasa adalah semua kegiatan
ekonomi yang menghasilkan output tidak berupa produk fisik atau kontruksi yang
secara umum dikonsumsi pada saat diproduksi, dan memberi nilai tambah dalam
bentuk (seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan)”.
Menurut Lovelock dan Wright (2002), “A
service is an act or performance offered by one party to
another. Although the process may be tied to a physical product, the
performance is essentially intagible and does not normally result in ownership
of any of the factors of production. Service are economic activities that
create value and provide benefits for customers at specific times and places,
as a result of bringing about a desired change in – or on behalf of – the
recipient of the service”
Pendekatan pertama yang digunakan oleh
Lovecock dan Wright jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain. Meskipun prosesnya sangat terkait dengan produk fisik, tapi
performance jasa pada dasarnya adalah tidak berwujud (intangible) dan tidak
mengakibatkan adanya kepemilikan dari produk jasa yang dihasilkan
tersebut. Sementara maksud pendekatan kedua jasa adalah aktivitas
ekonomi yang dapat diciptakan nilai dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada
suatu tempat dan waktu tertentu, sebagai akibat dari perubahan
keinginan/harapan/kepentingan penerima jasa.
Pada dasarnya jasa merupakan semua
aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan merupakan produk dalam bentuk fisik atau
kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang
dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan,
kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi pelanggan.
Sementara perusahaan yang memberikan
operasi jasa adalah mereka yang memberikan pelanggan produk jasa baik yang
berwujud atau tidak berwujud, seperti transportasi, hiburan, restoran dan
pendidikan.
Berdasarkan definisi jasa di atas, bahwa
di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pemberi jasa dan pihak
pelanggan, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa
bukan merupakan barang yang berwujud melainkan suatu proses atau aktivitas yang
tidak berwujud.
B. Karakteristik Jasa (Service Characteristics)
Rangkuti (2003), mengatakan bahwa
pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pemasaran jasa lebih
bersifat intangible dan immaterial karena produknya tidak kasat mata dan tidak
dapat diraba, produk jasa dilakukan saat pelanggan berhadapan dengan petugas
sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan saat pelanggan berhadapan dengan
petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera, interaksi
antara pelanggan dan petugas adalah penting untuk mewujudkan produk yang
dibentuk.
Menurut Kotler dan Armstrong (2012),
terdapat empat karakteristik jasa yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut
:
1. Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa berbeda dengan hasil produksi perusahaan. Jasa
tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum jasa itu dibeli.
Benda atau barang yang kita beli atau yang kita gunakan sehari-hari adalah
sebuah objek, sebuah alat atau sebuah benda, sedangkan jasa merupakan
perbuatan, penampilan atau sebuah usaha. Bila kita membeli barang maka barang
tersebut dipakai atau ditempatkan di suatu tempat. Tetapi bila membeli jasa
maka pada umumnya tidak ada wujudnya. Bila uang dibayar untuk beli jasa, maka
pembeli tidak akan memperoleh tambahan benda yang dapat dibawa ke rumah.
Walaupun penampilan jasa diwakili oleh wujud tertentu.
2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability)
Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersama
tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan,
didistribusikan lewat berbagai penjualan dan baru kemudian dikonsumsi.
Sedangkan jasa biasanya dijual dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara
serentak. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah perusahaan penerbangan,
calon penumpang membeli tiket, kemudian berangkat dan duduk dalam kabin pesawat,
lalu pesawat diterbangkan ke tempat tujuannya, pada saat penumpang itu duduk
dalam kabin pesawat, pada saat itulah jasa diproduksi.
3. Keberagaman (Variability)
Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa
yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Misalnya jasa yang
diberikan oleh sebuah maskapai penerbangan yang melayani rute terbang jarak
pendek dengan maskapai penerbangan yang melayani rute terbang yang panjang akan
sangat berbeda.
4. Tidak Tahan Lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Seorang calon penumpang
yang telah membeli tiket pesawat untuk suatu tujuan tertentu tetap dikenakan
biaya administrasi, walaupun dia tidak jadi berangkat. Tidak tahan lamanya jasa
tidak jadi masalah bila permintaan tetap. Tetapi jika permintaan berfluktuasi,
perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit. Misalnya pada musim-musim puncak
seperti liburan sekolah, tahun baru, musim haji atau hari raya, sebuah
perusahaan penerbangan harus mempersiapkan armada pesawat lebih, berbeda dari
permintaan dan penyediaan pesawat pada sepanjang bulan-bulan biasanya.
C. Klasifikasi Jasa
Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang mirip
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu jasa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Lupiyoadi dan Hamdani, 2011) : Didasarkan atas tingkat kontak pelanggan
dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jas tersebut
dihasilkan. Berdasarkan tingkat kontak pelanggan jasa dapat
dibedakan ke dalam kelompok sistem kontak tinggi (high-contact system)
dan sistem kontak rendah (low-contact system). Pada kelompok
sistem kontak tinggi, pelanggan harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima
jasa, contohnya jasa pendidikan, rumah sakit dan
transportasi. Sedangkan pada kelompok sistem kontak rendah,
pelanggan tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa, contohnya
jasa reparasi mobil dan jasa perbankan. Pelanggan tidak harus dalam
kontak pada saat mobilnya yang rusak diperbaiki oleh teknisi bengkel.
Jasa juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur. Jasa ini dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu jasa murni, jasa semi manufaktur dan jasa
campuran. Jasa murni (pure service) merupakan jasa yang tergolong
kontak tinggi, tanpa persediaan atau sangat berbeda dengan manufaktur,
contohnya jasa pangkas rambut atau ahli bedah yang memberikan perlakuan khusus
(unik) dan memberikan jasanya pada saat pelanggan di tempat. Sebaliknya jasa
semi manufaktur (quasimanufacturing service) merupakan jasa yang
tergolong kontak rendah, memiliki kesamaan dengan manufaktur dan pelanggan
tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa, contohnya jasa pengantar,
perbankan, asuransi dan kantor pos. Sementara jasa campuran (mixed
service) merupakan kelompok jasa yang tergolong kontak menengah (moderate-contact),
gabungan beberapa sifat jasa murni dan jasa semimanufaktur, contohnya jasa
bengkel, ambulan, pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon